LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMESINAN
Disusun Oleh:
Chofid
Bastomi
9913203054
LABORATURIUM
PEMESINAN
POLITEKNIK
NEGERI BANYUWANGI
PROGRAM
STUDI TEKNIK MESIN
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
PRATIKUM
PEMESINAN
Disusun
Oleh:
Chofid
Bastomi
9913203054
Banyuwangi, Juni
2014
Mengetahui:
Dosen
Praktikum,
Khairul Muzaka,ST.,M.Eng-Res
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan
Kerja Praktek ini.
Pratikum pemesinan ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh di Teknik Mesin di Politeknik Negri Banyuwangi . Laporan ini disusun sebagai pelengkap Pratikum pemesinan yang telah dilaksanakan lebih kurang 6 bulan di laboratorium mesin .
Dengan selesainya laporan pratikum pemesinan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Pratikum pemesinan ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh di Teknik Mesin di Politeknik Negri Banyuwangi . Laporan ini disusun sebagai pelengkap Pratikum pemesinan yang telah dilaksanakan lebih kurang 6 bulan di laboratorium mesin .
Dengan selesainya laporan pratikum pemesinan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.
Khairul Muzaka,ST.,M.Eng-Res sebagai staff pengajar
2.
Eko Slamet Riyadi,A.Md sebagai teknisi
3.
Teman-teman
yang telah membantu dalam
pratikum
Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya,
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Banyuwangi , Juni
2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..1
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….......2
KATA PENGANTAR……………………………………………………………3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...4
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..........5.
1.1
Latar Belakang………………………………………………………….5
1.2
Rumusan masalah……………………………………………………....5
1.3
Tujuan Pratikum………………………………………………………..6
1.4
Manfaat
………………………………………………………………...6
BAB 2 DASAR TEORI ……………………………………………………….....7
BAB 3 PEMBAHASAN………………………………………………………...31
BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………43
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..43
4.2
Saran…………………………………......................................................43
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..44
LAMPIRAN …………………………………………………………………….45
ASISTENSI……………………………………………………………………..47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam
dunia industri saat ini dibutuhkan banyak bidang keahlian yang harus dikuasai
oleh para mahasiswa, guna bisa bersaing secara kompetitif baik diregional
maupun internasional serta berdaya guna bagi masyarakat.
Untuk memenuhi kriteria bidang
keahlian tersebut maka Teknik Mesin Politeknik Negeri Banyuwangi memberikan
kurikulum berbasis teknologi manufaktur dalam Satuan Acara Perkuliahan Semester
II dengan mata kuliah Mesin Perkakas I dan Praktikum Mesin Perkakas I, yang
memiliki beban studi yang wajib ditempuh oleh Mahasiswa masing - masing 2 SKS
untuk teori dengan alokasi 2 jam pembelajaran per minggu dan 2 SKS praktek
dengan alokasi 6 jam per minggu. Pada mata kuliah Mesin Perkakas I beserta
Praktikumnya lebih ditekankan pada penggunaan perkakas tangan dan perbengkelan
dalam bentuk Mesin bubut hal ini dikarenakan sebagai dasar untuk mengasah
keahlian/skill mahasiswa.
Dengan demikian diharapkan Mahasiswa
dapat memahami menguasai tentang bagaimana cara atau teknik penggunaan alat –
alat perkakas tangan yang dilakukan dalam bentuk Mesin Perkakas dengan baik
sesuai SOP (Standart Operasional Procedure) sebagai tumpuan dasar dari
pengembangan keahlian untuk Mesin Perkakas II dan III selanjutnya. Disamping
itu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara/teknik merawat alat – alat
perkakas tangan sesuai petunjuk Maintenance Operasional Prosedure.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang
dimaksud dengan proses bubut dan frais?
2. Alat dan
bahan apa saja yang dibutuhkan dalam proses bubut dan frais?
3. Bagaimana melakukan teknik bubut dan frais yang benar?
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
1.3.1 Tujuan Umum
1.
Mahasiswa
mengerti teknik-teknik Mesin Perkakas
2.
Mahasiswa
dapat mengaplikasikan teknik-teknik mesin perkakas pada praktek.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa
dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dengan baik dan benar dalam mesin
perkakas seperti mesin bubut, mesin milling, mesin frais, bor dengan sebaik
mungkin.
2.
Mahasiswa
dapat menyelesaikan pekerjaan mesin perkakas dengan baik sesuai gambar kerja.
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat dari praktikum pemesinan I
ialah :
1.
Setiap
mahasiswa teknik mesin dapat mengoperasikan mesin bubut dengan baik.
2.
Setiap
mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui cara kerja dari mesin bubut.
3.
Setiap
mahasiswa teknik mesin mampu berkreatifitas sesuai dengan keahliannya.
4.
Setiap
mahaiswa teknik mesin mampu menciptakan rasa tanggung jawab dan kekompakan
dalam tim.
5.
Setiap
mahasisiwa teknik mesin agar bisa lebih disiplin dan tepat waktu dalam setiap
pembuatan laporan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Mesin
Bubut
Mesin Bubut adalah
suatu mesin yang umumnya terbuat dari logam, gunanya membentuk benda
kerja dengan cara menyanyat, dengan gerakan utamanya berputar. Proses
bubut adalah proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar
dengan sumbu putar dari benda kerja.
Mesin bubut mencakup segala
mesin perkakas yang memproduksi bentuk
silindris. Meskipun mesin ini terutama disesuaikan untuk pekerjaan silindris,
tetapi dapat juga digunakan untuk pembubutan permukaan rata, berikut adalah
gambar mesin bubut yang ada pada model sekarang.
Gambar 2.1 Mesin Bubut Standart
Ukuran dari mesin ini diukur
dari jarak senter kepala tetap sampai kesenter
kepala lepas. Ini merupakan jarak terpanjang dari benda kerja yang bisa
dibubut. Dan tergantung pula pada tinggi atau jarak dari ujung senter ke
permukaan alas mesin (bed)
yakni sebagai setengah diameter benda kerja yang dapat dikerjakan.
2.2 Bagian-Bagian Utama Mesin
Bubut
Bagian - bagian utama
dari mesin bubut biasanya terdiri
dari 10 bagian yaitu sebagai berikut:
1.
Kaki meja,
dengan kotak.
2.
Bed dengan
pematang v.
Gambar 2.2 Landasan (Bed)
3.
Kepala tetap
dengan berbagai perlengkapan kecepatan dan dilengkapi berbagai chuck untuk
dipasang pada poros utama guna mengikat benda kerja.
Gambar 2.3 Kepala Tetap
4.
Saklar
listrik untuk penggerak motor.
5.
Lemari atau
kotak roda gigi untuk penyetelan/pemilihan kecepatan poros utama termasuk
gerkan eretan membujur dan eretan melintang secara otomatis.
6.
Eretan
membujur.
Gambar 2.4 Eretan Membujur
7.
Eretan
melintang.
Gambar 2.5 Eretan Melintang
8.
Eretan
atas/eretan kesil dengan pengikat pahat.
9.
Support
(eretan/asutan membujur).
10. Kepala lepas untuk memegangatau mengikat alat pembuat lubang oleh center
drill dan pengeboran benda kerja oleh bor.
Gambar
2.6 Kepala Lepas
2.3 Cara Kerja Mesin Bubut
Benda diikat atau dipegang
dengan suatu alat pemegang atau pengikat yang disebut cekam atau chuck. Cekam ditempatkan atau dipasang pada
ujung poros utama mesin bubut dengan sambungan pasak atau sambungan ulir,
sehimgga benda kerja pada chuck ikut berputar pada saat mesin dijalankan.
Pahat yang dipasang pada pengikat pahat disebut juga tool-post.
Tool-post dapat bergerak sejsjar dengan garis hati
benda kerja atau membujur. Alat ini dipasang diatas asutan/eretan kecil yang
diletakan diatas asutan melintang (cross slide), dan keduanya dialetaklan
diatas asutan membujur yang disebut pula
Support. Karena pahat beserta
tool-post nya diletakan diatas
asutan melintang, maka pahat dapat bergerak melintang dan membujur. Jadi, tebal
muka sayatan pahat dapat ditambah.
2.4 Pekerjaan yang Dapat
Dikerjakan Mesin Bubut
Adapun pekerjaan - pekerjaan
yang dikerjakan oleh mesin bubut antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Membubut
rata atau membubut lurus.
2.
Membubut
muka atau meratakan ujung benda kerja (facing).
3.
Membubut
tirus luar atau dalam.
4.
Membuat ulir
kanan atau ulir kiri.
5.
Eksentrik
(batang atau lubang).
6.
Membuat alur
berkeliling dan memotong.
Pada gambar dibawah ini dapat dilihat bentuk - bentuk
benda kerja yang dibuat oleh mesin bubut tersebut. Meskipun ada juga
kemampuan-kemampuan lain yang dapat dikerjakan oleh mesin tersebut.
Gambar 2.7 Hasil –
hasil dari pembubutan
2.5 Penggolongan Pembubut
1.
Pembubutan kecepatan
Pembubutan kecepatan yang
paling sederhana dari segala pembubutan, terdiri dari atas bangku, kepala
tetap, ekor tetap dan peluncur yang dapat disetel untuk mendukung pahat.
Biasanya digerakkan oleh moor kecepatan variable
yang dipasangkan ke dalam kepala tetap. Pembubutan kecepatan terutama digunakan
dalam pembubutan kayu, memberikan pusat pada silinder logam sebelum dikerjakan
lebih lanjut pada pembubut mesin, dan dalam pemusingan logam.
a)
Pengerjaan
kayu
b)
Pemusingan
logam
c)
Pemolesan
2. Pembubutan mesin
Yang membedakan dari pembubut
kecepatan adalah mempunyai ciri tambahan untuk mengendalikan kecepatan spindle dan untuk menyangga dan
mengendalikan hantaran dari pahat pemotong tetap.
a)
Penggerak
puli kerucut bertingkat
b)
Penggerak
roda gigi tangan
c)
Penggerak kecepatan
variable
3. Pembubut bangku
Nama pembubut bangku diberikan kepada pembubut kecil yang dipasangkan
pada bangku kerja. Dalam disainnya mempunyai cirri yang sama dengan pembubut
kecepatan atau pembubut mesin dan hanya berbeda dalam ukuran dan pemasangannya.
Disesuaikan untuk benda kerja kecil, dan mempunyai kapasitas putaran maksimum
sebesar 25 mm pada plat muka.
4. Pembubut ruang perkakas
Pembubut ruang perkakas
dilengkapi dengan segala perlengkapan yang diperlukan untuk pekerjaan perkakas
yang teliti, merupakan pembubut kepala beroda tiga yang digerakkan secara
tersendiri dengan kecepatan spindel yang jangkaunya sangat luas.
2.6 Membubut Tirus
Terdapat beberapa standar
ketirusan 1 dalam praktek komersial. Penggolongan berikut yang umum digunakan:
1.
Tirus Morse.
Banyak digunakan untuk tangkai gurdi, leher, dan pusat pembubut. Ketirusannya
adalah 0,0502 mm/mm (5,02%).
2.
Tirus Brown
dan Sharp. Terutama digunakan dalam
memfris spindel mesin: 0,0417 mm/mm (4,166%).
3.
Tirus Jarno
dan Reed. Digunakan oleh beberapa pabrik
pembubut dan perlengkapan penggurdi kecil. Semua sistem mempunyai ketirusan
0,0500 mm/mm (5,000%), tetapi diameternya berbeda.
4.
Pena tirus. Digunakan sebagai pengunci. Ketirusannya
0,0208 mm/mm (2,083%).
Ketirusan luar yang teliti
dapat dipotong pada sebuah pembubut dalam beberapa cara:
1.
Mesin
kendali numeris yang dapat memotong kerucut sebagai hal yang biasa.
2.
Dengan
perlengkapan membubut tirus. Perlengkapan yang diperlihatkan pada gambar. dibautkan pada punggung mesin bubut dan
mempunyai batang pemandu yang dapat dikunci pada sudut atau ketirusan yang
diinginkan. Ketika kereta luncur bergerak sebuah peluncur diatas batang
pahat bergerak masuk dan keluar, sesuai
dengan penguncian dari batang.
3.
Perletakan
majemuk pada kereta luncur bubut seperti diperlihatkan pada gambar. Mempunyai
dasar bulat dan dapat diputar ke sembarang sudut yang diinginkan dari benda
kerja. Pahat kemudian dihantarkan kedalam benda kerja dengan tangan. Metode ini
untuk ketirusan pendek.
Gambar 2.8 Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan tirus.
Untuk membuat tirus luar
maupun dalam caranya sama yaitu dengan menggunakan menggunakan eretan atas, untuk tirus luar dan
dalam dengan sudut yang besar, tidak dapat dilakukan dengan otomatis, dengan
menggunakan rumus:
Dimana:
D = diameter besar
d = diameter kecil
P = panjang tirus
Setelah diketahui tangen a,
maka besar sudut x dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Table 2.1 Besar Sudut X
Keterangan :
Angka Tg didalam table untuk :
X no 1 – 84 dalam per 1000 (/1000)
X no 85 – 89 dalam per 100 (/100)
Gambar 2.9 Pembuatan Tirus Dengan Memutar Eretan Atas
2.7 Membubut
Ulir
Pada umumnya bentuk ulir adalah segitiga atau V (ulir metric dengan
sudut 60o dan ulir withworth 55o), segi empat dan
trapezium (sudut ulir 29o).
Cara membubut ulir segitiga adalah sebagai berikut:
1.
Bubutlah
diameter ulir.
2.
Bubutlah
alur pembebas sedalam atau lebih sedikit dari dalamnya ulir.
3.
Pinggulah
ujung dari benda kerja.
4.
Serongkan
eretan atas setengah dari sudut ulir
yang akan dibuat dan pasanglah pahat ulir.
5.
Ambillah mal
ulir yang akan dibuat.
6.
Tempatkanlah
ujung pahat tegak lurus terhadap benda kerja.
7.
Kencangkan
baut-baut penjepit bila pahat sudah sama
tinggi dengan senter dan lurus dengan benda kerja.
8.
Tempatkan
tuas-tuas pengatur transporter menurut tabel sesuai dengan banyaknya ulir yang
akan dibuat.
9.
Masukkan
roda gigi agar mesin jalannya secara ganda.
10.
Jalankan
mesin dan kenakan ujung pahat sampai benda kerja tersentuh.
11.
Hentikan
mesin dan tariklah eretan kekanan.
12.
Putarlah
cincin pembagi, sehingga angka 0 segaris dengan angka 0 pada eretan lintang dan
tidak merubah kedudukannya.
13.
Majukan
eretan lintang 3 garis pada cincin pembagi, maka pahat maju untuk penyayatan.
14.
Putar cincin
pembagi sehingga angka 0 lagi dan eretan lintang tidak boleh bergerak.
15.
Jalankan
mesin
16.
Masukan tuas
penghubung transporter pada waktu salah satu angka pada penunjuk ulir
bertepatan dengan angka 0.
17.
Bila pahat
sudah masuk pada pembebas, putarlah kembali eretan lintang sehingga pahat bebas
dari benda kerja.
18.
Kembalikan
eretan.
19.
Hentikan
mesin.
20.
Periksalah
jarak ulir dengan mal ulir yang sesuai dengan jumlah gangnya.
21.
Kembalikan
ujung pahat pada kedudukan semula dengan memutar eretan lintang sehingga angka
0 segaris dengan angka 0 pada cincin pembagi.
22.
Majukkan
pahat ulir untuk penambahan penyayatan sebanyak 3 garis dengan memutar eretan
atas.
23.
Kembalikan
cincin pembagi pada angka 0 segaris dengan angka 0.
24.
Jalankan
mesin.
25.
Hubungkan
tuas penghubung bila ujung pahat sampai pada saat angka semula berhadap dengan
angka 0.
26.
Lepaskan
tuas penghubung bila ujung pahat sampai pada alur pembebas sambil eretan
lintang kebelakang.
27.
Kembalikan
eretan lintang pada kedudukan semula dengan tangan.
28.
Lakukan
berulang-ulang seperti yang diterangkan dalam no. 21 s/d 27 sampai selesai.
Gambar 2.10 Urutan Pembuatan Ulir
2.8 Prinsip Pahat Dan Perpahatan
Dalam produksi adalah penting
bahwa pekerjaan dilakukan sesingkat mungkin. Waktu yang dihabiskan dalam
produksi adalah waktu penyetelan,
penanganan benda kerja, penanganan mesin, dan waktu pemotongan. Waktu penyetelan dapat dikurangi dengan menyiapkan semua pahat
yang diperlukan dalam kondisinya dan siap dipakai.
Waktu penanganan benda
kerja yaitu waktu yang dipakai dalam
memasang atau melepaskan benda kerja. Hal ini sangat tergantung kepada piranti
pemegang benda kerja. Untuk pekerjaan batang maka waktu ini dikurangi dengan
menggunakan leher stok batang. Waktu
penanganan mesin adalah waktu yang
diperlukan dalam memasang masing-masing perkakas pada tempatnya. Bisa dikurangi dengan
menempatkan perkakas pada posisi dan urutan yang benar sehingga memudahkan
penggunaannya atau dengan melakukan pemotongan kombinasi atau jamak, jika
memungkinkan.
2.9 Macam Pahat dan
Kegunaannya
Agar
sesuai dengan penggunaannya seperti kekerasan bahan, bentuk dan jenis benda
kerja, maka pahat bubut dibuat sedemikian rupa sehingga masing-masing memiliki
spesifikasi, lihat gambar dibawah ini.
Adapun jenis-jenis pahat bubut:
Gambar 2.11 Macam-macam
Bentuk Pahat Bubut
1.
Pahat potong
2.
Pahat alur
3.
Pahat serong
4.
Pahat serong
45
5.
Pahat pisau
kanan
6.
Pahat lurus
bulat
7.
Pahat ulir
luar
8.
Pahat rata
muka
9.
Pahat rata
bulat
2.10Bentuk Pengasahan Pahat
Untuk menghasilkan pembubutan
yang baik dan mengatasi keausan dari mata pahat, kita harus mengetahui cara
pengasahan pahat yang ditujukkan pada
gambar 2.12.
Gambar 2.12 Bentuk pengasahan pahat bubut
2.11Kecepatan Potong
Putaran mesin pada waktu
membubut tergantung dari diameter bahan dan kecepatan memotong, sedangkan
kecepat potong tergantung dari kekerasan bahan. Untuk mengebor putaran
ditentukan dari diameter bornya. Angka untuk kecepatan potong dicari dari
tabel. Dengan mempergunakan rumus:
Dimana:
Cs = Kcepatan potong, dapat
dilihat dalam tabel (ft/men)
D = Diameter bahan dalam inchi
n = Putaran mesin (rpm)
Tabel penyayatan dapat pula dicari dengan rumus:
Kecepatan potong juga dapat
ditentukan dengan rumus:
Dimana:
t = Putaran mesin (rpm).
Cs = Kecepatan potong (m/menit).
D = Diameter benda kerja dalam meter.
2.12 Elemen Dasar Mesin Bubut
Elemen dasar dari mesin bubut
dapat diketahui atau dihitung menggunakan rumus yang diturunkan dengan kondisi
pemotongan ditentukan sebagai berikut:
Benda kerja: do = Diameter mula-mula (mm)
Dm = Diameter
akhir (mm)
Lt = Panjang
pemesinan (mm)
Lt = L. pengawalan + benda kerja + L.
pengakhiran
Pahat Kr = Sudut potong utama ( o)
Yo = Sudut
geram (o)
Mesin bubut a = Kedalaman potong (mm)
= (do – dm) /2
f = Gerak
makan (mm / r)
n = Putaran
poros utama (benda kerja) (r / minp)
C = Konstanta
kecapatan memotong unsur suatu umur pahat suatu pahat.
Elemen dasar
dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :
1. Kedalaman potong
(a) mm
a =
= … (mm)
2 Kecepatan potong (v) m / min :
v =
= … (mm/min)
Dimana, d =
= … (mm)
3. Kecepatan makan :
vf =
… (mm/min)
4. Waktu pemotongan
:
tc =
… (min)
5. Kecepatan
penghasilan geram :
Z =
Dimana, penampang geram sebelum terpotong :
A =
… (mm2)
Maka Z =
… (cm3/min)
6. Putaran poros
utama :
n =
… (m/min)
K1E
|
0,017
|
I2E
|
0,069
|
K2C
|
0,171
|
G1A
|
0,439
|
H1E
|
0,021
|
G2E
|
0,069
|
I1B
|
0,192
|
I2B
|
0,480
|
I1E
|
0,024
|
H1C
|
0,082
|
H2C
|
0,206
|
G2B
|
0,548
|
G1E
|
0,027
|
K2D
|
0,086
|
G1B
|
0,219
|
K2A
|
0,685
|
K1D
|
0,034
|
I1C
|
0,096
|
I2C
|
0,240
|
H2A
|
0,822
|
H1D
|
0,041
|
H2D
|
0,103
|
K1A
|
0,270
|
I2A
|
0,959
|
K2E
|
0,043
|
G1C
|
0,110
|
H1A
|
0,329
|
G2A
|
1,096
|
I1D
|
0,048
|
I2D
|
0,120
|
K2B
|
0,343
|
||
H2E
|
0,051
|
G2D
|
0,137
|
I1A
|
0,384
|
||
G1D
|
0,055
|
H2B
|
0,164
|
H2B
|
0,411
|
Tabel 2.13 Feeding mesin bubut
Bahan
|
Pahat
|
Kec. & makan
|
Mesin bubut
|
Gurdi
|
Freis
|
Ketam
|
|
Kasar
|
Halus
|
||||||
Besi tuang
|
HSS
|
V
|
15-30
|
30-50
|
15-25
|
20-40
|
20-Oct
|
f
|
0,3-0,5
|
0,15-0,3
|
0,1-0,6
|
25-250
|
0,3-6
|
||
Karbida
|
V
|
40-80
|
80-120
|
0,1-0,6
|
-
|
-
|
|
f
|
0,3-3
|
0,15-0,3
|
-
|
-
|
-
|
||
Baja tuang
|
HSS
|
V
|
30-Oct
|
30-50
|
20-30
|
15-30
|
15-Oct
|
f
|
0,3-5
|
0,15-0,3
|
0,05-0,1
|
25-250
|
0,3-6
|
||
Karbida
|
V
|
30-80
|
80-120
|
0,1-0,6
|
-
|
-
|
|
f
|
0,3-3
|
0,15-0,3
|
-
|
-
|
-
|
||
ST 37
|
HSS
|
V
|
25-60
|
60-100
|
25-35
|
20-50
|
15-30
|
f
|
0,3-5
|
0,15-0,3
|
0,1-0,5
|
30-300
|
0,3-6
|
||
Karbida
|
V
|
70-90
|
110-180
|
-
|
-
|
-
|
|
f
|
0,3-3
|
0,13-0,3
|
-
|
-
|
-
|
||
ST 50
|
HSS
|
V
|
20-40
|
40-70
|
25-35
|
15-30
|
20-Oct
|
f
|
0,3-5
|
0,15-0,3
|
0,1-0,5
|
30-300
|
0,3-6
|
||
Karbida
|
V
|
30-80
|
100-160
|
-
|
-
|
-
|
|
f
|
0,3-3
|
0,15-0,3
|
-
|
-
|
-
|
||
ST 70
|
HSS
|
V
|
30-Oct
|
30-50
|
20-35
|
20-Oct
|
15-Oct
|
f
|
0,5-5
|
0,15-0,3
|
0,1-0,4
|
30-300
|
0,3-6
|
||
Karbida
|
V
|
30-50
|
80-120
|
-
|
-
|
-
|
|
f
|
0,3-3
|
0,15-0,3
|
-
|
-
|
-
|
||
Perunggu
|
HSS
|
V
|
30-90
|
120-160
|
50-70
|
20-60
|
15-16
|
f
|
0,3-5
|
0,15-0,3
|
0,15-0,6
|
30-300
|
0,2-5
|
||
Karbida
|
V
|
70-220
|
220-240
|
-
|
-
|
-
|
|
f
|
0,3-3
|
0,15-0,3
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 2.14 Kecepatan potong untuk proses pemesinan dengan gerakan pemakanan
2.13 Pendinginan (coolant)
Sistem pendingin (Air
Coolant) pada mesin bubut adalah system yang digunakan untuk mendinginkan
benda kerja pada saat melakukan penyayatan benda kerja agar benda kerja tidak
terjadi keausan. Pada setiap pekerjaan pemesinan akan menggunakan bahan
pendingin (coolant) yang digunakan
pada saat pengerjaan benda kerja. Adapun fungsi dari cairan pendingin ini
adalah sebagai berikut :
1.
Mengurangi
gesekan antara pahat (tool) dan benda
kerja.
2.
Menaikkan
umur pahat.
3.
Mengurangi
suhu pahat dan benda kerja.
4.
Memperbaiki penyelesaian
permukaan benda kerja.
5.
Membersihkan
pahat dan benda kerja dari serpihan.
6.
Mengurangi
kemungkinan korosi pada pahat, benda kerja dan mesin bubut .
2.14 Pengertian Mesin
Miling
Mesin milling
adalah satu jenis mesin perkakas untuk pemotongan bahan yang terbuat
dari logam. Prinsip kerja mesin milling berbeda dengan mesin bubut. Jika pada mesin
bubut benda kerja berputar dan pahat (tools) dihantarkan agar terjadi proses
pemotongan maka pada mesin milling, tools
yang berputar dan benda kerja yang dihantarkan. Pada mesin milling
benda kerja dapat dihantarkan ke tools dalam arah vertikal maupun
horisontal atau kedua-duanya secara bersamaan.
Mesin milling mampu
melakukan banyak tugas bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Hal
ini disebabkan karena selain mampu memesin permukaan datar maupun berlekuk
dengan penyelesaian dan ketelitian istimewa, juga berguna untuk menghaluskan
atau meratakan benda kerja sesuai dengan dimensi yang dikehendaki.
Mesin milling dapat
menghasilkan permukaan bidang rata yang cukup halus, tetapi proses ini
membutuhkan pelumas berupa oli yang berguna untuk pendingin mata milling
agar tidak cepat aus.
Proses milling
adalah proses yang menghasilkan chips (beram). Milling
menghasilkan permukaan yang datar atau berbentuk profil pada ukuran yang
ditentukan dan kehalusan atau kualitas permukaan yang ditentukan.
Proses kerja pada
pengerjaan dengan mesin milling dimulai dengan mencekam benda kerja,
kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dengan alat potong yang disebut cutter,
dan akhirnya benda kerja akan berubah ukuran maupun bentuknya.
Berdasarkan jenis pahat dan
arah pemotongan mesin milling dikelompokkan atas 3 macam, yaitu mesin
milling vertikal digunakan untuk mayoritas pemotongan vertikal, mesin milling
horizontal digunakan khusus untuk pemotongan arah horizontal dan mesin milling
serba guna (multipurpose) merupakan jenis mesin
milling yang dapat digunakan
secara horizontal maupun vertikal
Gambar 2.15 Mesin
Milling Horizontal
Gambar 2.16 Mesin
Milling Vertikal
Gambar 2.17 Mesin Frais Universal
Bagian-bagian utama pada mesin milling :
a.
Base (dasar) merupakan pondasi untuk menunjang
semua komponen mesin milling. Terdapat column
pada salah satu ujungnya.
b.
Column merupakan komponen pendukung yang utama
dipasang vertikal pada base.
Berbentuk kotak, bergaris berat di dalam dan merupakan tempat dimana terdapat
semua mekanisme untuk menunjang spindle
dan knee.
c.
Knee untuk menunjang saddle dan table (meja kerja) dapat digerakkan dalam arah
vertikal (sumbu y). Sebuah skrup angkat terpasang di base digunakan untuk menyesuaikan tinggi knee dan mendukunya.
d.
Saddle, diletakkan di atas knee untuk menunjang meja kerja, dapat digerakkan
dalam arah melintang (sumbu z) dan disetel tepat 90o ke bagian depan
column.
e.
Meja kerja (table), diletakkan di atas saddle untuk menunjang benda kerja,
dapat digerakkan dalam arah memanjang (sumbu x).
2.15 Prinsip Kerja
Mesin Milling
Tenaga
untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama
oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan
melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel
mesin milling.
Spindel
mesin milling
adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang bertugas untuk
memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau gerakan
pemotongan.
Gerakan
pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang telah
dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material
penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
2.16 Gerakan
dalam mesin milling
Pekerjaan dengan mesin milling harus selalu
mempunyai 3 gerakan kerja.
1. Gerakan Pemotongan
Sisi potong cutter yang dibuat berbentuk bulat
dan berputar dengan pusat sumbu utama.
2.
Gerakan
Pemakanan
Benda kerja digerakkan sepanjang ukuran yang akan
dipotong dan digerakkan mendatar searah gerakan yang dipunyai oleh alas.
3.
Gerakan
Penyetelan
Gerakan untuk mengatur posisi pemakanan, kedalaman
pemakanan, dan pengembalian, untuk memungkinkan benda kerja masuk ke dalam sisi
potong cutter, gerakan ini dapat juga disebut gerakan pengikatan.
2.17 Type
Cutter
Cutter pada mesin milling mempunyai bentuk silindris,
berputar pada sumbunya dan dilengkapi dengan gigi melingkar yang seragam.
Keuntungan cutter dibanding dengan pahat bubut
dan pahat ketam adalah setiap sisi potong dari pisau frais mengenai benda kerja
hanya dalam waktu yang pendek pada proses pemotongan selama 1 putaran pisau
frais dan pendinginannya pada waktu sisi potong mengenai benda kerja, maka
hasilnya cutter frais akan lebih tahan lama.
Cutter biasanya terbuat dari HSS maupun Carbide Tripped.
Gigi cutter ada yang lurus maupun ada yang mempunyai sudut, untuk yang
bersudut (helix angle) dapat mengarah ke kanan dan ke kiri.
Ada
beberapa jenis cutter seperti misalnya :
a.
Plain Mill Cutter
Digunakan untuk pengefraisan horizontal dari permukaan
datar.
Gambar
2.18 Plain Mill Cutter
b. Shell
End Mill Cutter
Pemotongan dengan menggunakan sisi muka, digunakan untuk
pengefraisan dua permukaan yang tegak lurus. Pada cutter ini
panjangnya lebih besar dari diameternya dan hal yang harus diingat adalah tidak
boleh memasang cutter ini terbalik.
Gambar
2.19 Shell End Mill Cutter
c. Face
Mill Cutter
Digunakan untuk pengefraisan ringan (pemakanan kecil).
Pisau ini pendek dan mempunyai sisi potong pada bagian yang melingkar dan
bagian sisi mukanya, seperti shell mill cutter. Dalam jenis ini ada
yang disebut Carbide Tipped. Face mill cutter, keistimewaan
pisau ini adalah tentang kemudahan penggantian sisi potongannya.
Gambar
2.20 Face Mill Cutter
d. End Mill
Cutter
Merupakan
cutter dengan sisi potong pada ujung
muka dan pada sisi spiralnya, End Mill
dibuat dari diameter 0.5 – 50 mm dengan tipe tangkai yang bermacam – macam, ada
yang bertangkai lurus dan ada yang konus.
Gambar
2.21 End Mill Cutter
2.19 Metode
pengefraisan
a. Climb Mill
Merupakan cara pengefraisan dimana putaran cutter searah
dengan gerakan benda kerja. Gaya potong menarik benda kerja ke dalam cutter
sehingga faktor kerusakan pahat akan lebih besar. Hanya mesin yang
mempunyai alat pengukur keregangan diperbolehkan memakai metode pemotongan ini.
b. Conventional Milling
Merupakan
pengefraisan dimana putaran cutter berlawanan arah dengan gerakan
benda kerja, pemotongan ini dimulai dengan beram yang tipis dan metode ini
digunakan untuk semua jenis mesin frais.
2.20 Cara
Kerja
1. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
dan benda kerja.
2. Mengukur benda kerja dengan menggunakan
kaliper dan menghaluskan sedikit permukaannya dengan menggunakan kikir.
3. Mengatur putaran spindel yang sesuai untuk
jenis benda kerja.
4. Menempatkan benda kerja yang akan difrais
pada meja kerja.
5. Mencari titik permukaan/titik nol dan
kemudian melakukan pemakanan untuk masing–masing sisi. Saat pemakanan
dilakukan, mata pahat dan benda kerja diberi pendingin, sehingga benda kerja
tidak mengeluarkan asap ( benda kerja panas ).
6.
Mengatur
ketebalan pemakanan.
7. Mencatat waktu yang diperlukan untuk satu
kali pemakanan.
8. Mencatat keadaan akhir benda kerja.
2.21 Kecepatan Potong
Pada mesin milling yang
berputar atau bergerak adalah pahatnya atau pisaunya. Dengan mengacu pada
beberapa hal yang sama seperti pada mesin bubut, langkah pertama yang diambil
adalah mengetaui kecepatan potong mesin milling itu sendiri yaitu:
… (m/mnt)
Keterangan;
V = Kecepatan potong bahan ( m/ menit)
N = Putaran benda kerja ( rpm)
D = Dimensi benda kerja ( mm )
N = Putaran benda kerja ( rpm)
D = Dimensi benda kerja ( mm )
Kemudian mencari waktu potong dengan cara :
Keterangan ;
T = Waktu potong ( menit )
L = Jarak (m)
L = Jarak (m)
D = Kecepatan potong (m/menit)
F = Hantaran ( m/menit)
F = Hantaran ( m/menit)