BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam dunia industri saat ini
dibutuhkan banyak bidang keahlian yang harus dikuasai oleh para mahasiswa, guna
bisa bersaing secara kompetitif baik d iregional maupun internasional
serta berdaya guna bagi masyarakat.
Untuk memenuhi kriteria bidang
keahlian tersebut maka Teknik Mesin Politeknik Banyuwangi memberikan kurikulum
berbasis teknologi manufaktur dalam Satuan Acara Perkuliahan Semester 1 dengan mata
kuliah Teknologi Mekanik I dan Praktikum Teknologi Mekanik I, yang memiliki
beban studi yang wajib ditempuh oleh Mahasiswa masing - masing 2 SKS untuk
teori dengan alokasi 2 jam pembelajaran per minggu dan 1 SKS praktek dengan
alokasi 6 jam per minggu. Pada mata kuliah Teknologi Mekanik I beserta Praktikumnya
lebih ditekankan pada penggunaan perkakas tangan dan perbengkelan dalam bentuk fabrikasi plat
hal ini dikarenakan sebagai dasar untuk mengasah keahlian/skill mahasiswa.
Dengan demikian diharapkan
Mahasiswa dapat memahami menguasai tentang bagaimana cara atau teknik
penggunaan alat – alat perkakas tangan yang dilakukan dalam bentuk fabrikasi plat
dengan baik sesuai SOP (Standart Operasional Procedure) sebagai tumpuan dasar
dari pengembangan keahlian untuk Teknologi Mekanik II dan III selanjutnya. Disamping
itu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara/teknik merawat alat – alat
perkakas tangan sesuai petunjuk Maintenance Operasional Prosedure.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1.2.1 Tujuan Umum
1.
Mahasiswa
mengerti teknik-teknik fabrikasi plat.
2.
Mahasiswa
dapat mengaplikasikan teknik-teknik fabrikasi
plat pada praktek.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa
dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dengan baik dan benar dalam fabrikasi
seperti palu, landasan,
gunting plat, mesin penekuk plat, mesin roll plat, mesin potong plat,
stamping dan penggoresan, las
titik, alat ukur serta tata letak
peralatan fabrikasi plat yang benar.
2.
Mahasiswa
dapat menyelesaikan pekerjaan praktikum
fabrikasi plat dengan baik sesuai
gambar kerja.
3.
Agar
mahasiswa mengerti cara membuat pola, memotong, dan melipat benda kerja pelat /
logam lembaran.
4.
Agar
mahasiswa mampu melakukan kerja pembuatan pola, pemotongan dan pelipatan benda kerja pelat / logam lembaran
secara benar.
BAB II
DASAR TEORI DAN PERALATAN FABRIKASI PLAT
2.1 Palu
Palu yang digunakan dalam
pembentukan secara manual ini terdiri dari berbagai jenis dan bentuk kepala
palu. Ditinjau dari jenis palu yang digunakan terdiri dari bahan kepala palu
yang bervariasi diantaranya:
• Baja
• Karet
• Plastik
• Kayu
• Mallet
• Timbel (timah
hitam)
Bentuk kepala palu
yang digunakan pada proses pembentukan ini tergantung dari bentuk yang diinginkan.
Bentuk kepala palu ini dibedakan menurut kegunaannya fungsi dan kegunaannya.
Penggunaan palu juga sangat tergantung dari jenis bahan yang akan dibentuk.
Bahan-bahan yang relatif lunak biasanya menggnakan bahan jenis palu yang lunak.
Seperti untuk pembentukan pelat alumanium digunakan palu plastik ataupun palu
kayu
Palu lain yang digunakan pada pekerjaan kerja
bangku atau kerja plat dapat dilihat pada gambar 3.
Palu lunak (Gb 3 1)
terbuat dari bahan kulit biasanya untuk pengerjaan penyetelan atau pengepasan. Palu
karet/plastik yang dikeraskan (Gb 3 2)
untuk penggunaan yang sama seperti palu kulit. Palu kayu (Gb 3
3) digunakan untuk memukul bahan lunak/lembek seperti
seng, plat logam tipis dan sebagainya.
Gambar 3.1 Palu lunak Gambar 3.2 Palu lunak Gambar 3.3 Palu lunak
2.2 Landasan
Landasan yang digunakan pada proses pembentukan pelat
secara manual ini dibedakan berdasarkan fungsinya. Landasan ini terdiri dari
landasan tetap dan landasan tidak tetap. Landasan tetap ini biasanya mempunyai
bentuk yang lebih besar dan memiliki berat yang lebih dibandingkan dengan
landasan tidak tetap. Landasan tetap ini memiliki bentuk umum tanpa variasi
yang lebih. Landasan tetap ini disebut juga dengan istilah paron landasan tidak
tetap (Pancang Tinman).
Landasan
pembentukan ini ada juga yang terbuat dari kayu. Khususnya landasan-landasan
setengah bola. Pada landasan kayu ini dibentuk profil setengah bola dengan
berbagai macam variasi, mulai dari diameter dan kedalamannya. Landasan ini
biasanya digunakan untuk pembentukan awal mangkuk setengah bola dari
bahan-bahan yang relatif lebih lunak
seperti alumanium. Proses
pembentukannya dapat dilakukan dengan memulai pemukulan dari diameter yang
paling besar dan dangkal selanjutnya berurutan sampai pada diameter mendekati
bentuk yang diinginkan dengan kedalaman tertentu.
Gambar 3. 4
2.3 Teknik Pemukulan
Pemukulan pelat di atas landasan dengan berbagai jenis
palu mempunyai teknik-teknik tersendiri. Teknik pemukulan ini biasanya sangat
sulit dilakukan dengan pekerja yang tidak terbiasa dengan kerja pembentukan
ini. Teknik pemukulan ini dapat
dipelajari dari kebiasaan atau pengalaman yang dilakukan secara terus menerus.
Pemukulan dengan palu untuk proses pembentukan ini harus dilakukan dengan
teknik dan prosedur yang benar. Apabila proses pemukulan ini tidak dilakukan
mengikuti teknik dan prosedur yang benar maka akan menghasilkan pemukulan yang
menyebabkan pelat menjadi rusak atau cacat. Teknik memegang palu harus
dilakukan secara benar yakni memegang
palu harus berada di ujung tangkai palu. Jika dipengang berada diujung tangkai
palu maka akan menghasilkan gaya pemukulan yang maksimal. Momen impak yang
dihasilkan palu sebanding dengan masa
palu dikali dengan jarak pemegang. Artinya semakin jauh jarak pemegang dengan
kepala palu maka akan menghasilkan impak yang lebih besar. Teknik-teknik pemukulan ini dapat
dikategorikan sebagai berikut:
·
Pemukulan
Peregangan, adalah pemukulan
yang dilakukan untuk meregang pelat menjadi lebih besar.
·
Pemukulan Pengkerutan, merupakan kebalikan dari proses pemukulan regang.
Dimensi ketebalan pelatnyapun menjadi bertambah.
·
Pemukulan Perataan, proses pemukulan yang berfungsi untuk mendatar bagain
pelat yang mengalami pelengkungan.
·
Pemukulan Keseimbangan, berguna untuk menyeimbangkan kondisi pelat yang
mengalami penyimpangan akibat proses pengerolan.
·
Pemukulan Pembentukan, Pemukulan membentuk merupakan penggabungan dari beberapa
teknik pemukulan yang ada. Proses pemukulan membentuk ini berguna untuk
melakukan pembentukan di atas landasan.
2.4 Proses Tekuk/Lipat
Secara mekanika proses penekukan ini terdiri dari dua
komponen gaya yakni: tarik dan tekan (lihat gambar). Pada gambar memperlihatkan
pelat yang mengalami proses pembengkokan ini terjadi peregangan, netral, dan
pengkerutan. Daerah peregangan terlihat pada sisi luar pembengkokan, dimana
daerah ini terjadi deformasi plastis atau perobahan bentuk. Peregangan ini
menyebabkan pelat mengalami pertambahan panjang. Daerah netral merupakan daerah
yang tidak mengalami perobahan. Artinya pada daerah netral ini pelat tidak
mengalami pertambahan panjang atau perpendekkan. Daerah sisi bagian dalam
pembengkokan merupakan daerah yang mengalami penekanan, dimana daerah ini
mengalami pengkerutan dan penambahan ketebalan, hal ini disebabkan karena
daerah ini mengalami perobahan panjang yakni perpendekan.atau menjadi pendek
akibat gaya tekan yang dialami oleh pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit
pelat diantara landasan dan sepatu penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar ke arah atas menekan bagian plat yang
mengalami penekukan.
Pada Gambar 9.38 posisi tuas penekuk diangkat ke atas sampai membentuk
sudut melebihi sudut pembentukan yang dinginkan. Besarnya kelebihan sudut
pembengkokan ini dapat dihitung berdasarkan tebal pelat, kekerasan bahan
pelat dan panjang bidang membengkokkan /
penekukan .
Langkah proses penekukan pelat dapat
dilakukan dengan mem-pertimbangkan sisi bagian pelat yang akan dibentuk.
Langkah penekukan ini harus diperhatikan sebelumnya, sebab apabila proses penekukan
ini tidak menurut prosedurnya maka akan terjadi salah langkah. Salah langkah
ini sangat ditentukan oleh sisi dari pelat yang dibengkokan dan kemampuan mesin
bending/tekuk tersebut. Komponen pelat
yang akan dibengkokan sangat bervariasi. Tujuan proses pembengkokan pada
bagian tepi maupun body pelat ini di-antaranya adalah untuk memberikan kekakuan
pada bentangan pelat.
Gambar 9.40 memperlihatkan sudut tekuk yang terbentuk padaproses pelipatan
pelat, dimana pada bagian sisi atas pelat mengalami peregangan dan bagian bawah
mengalami pengkerutan. Pada Gambar di bawah ini adalah gambar konstruksi mesin tekuk/lipat
manual dengan sistem jepitan sederhana. Tenaga penekukan yang digunakan adalah
dengan tuas tekuk yang digerakkan dengan tangan. Tangan kiri memegang tuas penekan dan tangan kanan menaikan tuas
penekuk.
Difinisi lain menjelaskan bahwa penekukan merupakan proses di mana bentuk-bentuk yang lurus
diubah menjadi lengkungan bersudut. Proses ini merupakan proses yang sering
digunakan untuk mengubah lembaran dan pelat menjadi saluran, kotak penutup
(cover) mesin, pintu-pintu, file cabinet
dan lain-lainnya. Selain itu, penekukan merupakan bagian dari proses
pembentukan lain.
Mesin Lipat Universal Sistem
penekukan secara manual dapat dilakukan dengan sepatu tekan disepanjang pelat
yang ditekan. Proses ini dapat dikerjakan dengan membuat tanda pada daerah
pelat yang akan dibengkok. Selanjutnya
pelat dijepit diantara landasan dan sepatu tekan. Garis tanda yang dibentuk
harus sejajar dengan sepatu penekan atas. Selanjutnya Pembengkok diputar ke
atas sampai membengkok pelat yang dijepit. Besarnya sudut pembengkokan dapat
diatur sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki
Pelipatan pelat independent ini menggunakan sepatu yang terpisah-pisah.
Sepatu penjepit ini dapat dengan bebas diatur sesuai dengan kondisi pelat yang
akan dibentuk. Sepatu penjepit ini dapat dilepas atau diatur sesuai panjang
pelat yang akan dilipat. (lihat gambar)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pembengkokan pelat, Hasil
pembengkokan pelat yang baik dapat
dihasilkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Sebelum
melakukan proses pembengkokan pelat Mesin pembengkok harus diperiksa terlebih
dahulu terutama dies, atau sepatu pembentuk, sudut pembengkokan yang
diinginkan.
2. Tadailah sisi
bagian tepi pelat yang akan dibengkokkan.
3. Posisi tanda
pembengkokan ini harus sejajar dengan dien pembengkok.
4. Penjepitan pelat
harus kuat
5. Atur sudut
pembengkokan sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki
6. Sesuaikan dies landasan dengan bentuk
pembengkokan yang diinginkan.
7. Mulailah proses
pembengkokan dengan memperhatikan sisi-sisi yang akan dibengkokan, hal ini
untuk menjaga agar lebih dahulu mengerjakan posisi pelat yang mudah.
8. Jika ingin
melakukan pembengkokan dengan jumlah yang banyak buatlah jig atau alat bantu
untuk memudahkan proses pembengkokan. Jig ini bertujuan untuk memudahkan
pekerjaan sehingga menghasilkan bentuk pembengkokan yang sama
2.5 Proses Pengerolan
Pengerolan merupakan proses pembentukan yang dilakukan dengan
menjepit pelat diantara dua rol. Rol
tekan dan rol utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakan pelat.
Pelat bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk berada di
bawah garis gerakkan pelat, sehingga pelat tertekan dan mengalami pembengkokan.
Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol penjepit ini maka
terjadilah proses pengerolan. Pada saat pelat bergerak melewati rol pembentuk
dengan kondisi pembenkokan yang sama maka akan menhasilkan radius pengerolan yang merata. (lihat gambar 9.56)
Proses pengerolan dapat terjadi
apabila besarnya sudut kontak antara rol penjepit dengan pelat yang akan dirol
melebihi gaya penekan yang yang ditimbulkan dari penurunan rol pembentuk. Besarnya
penjepitan ini dapat mendorong pelat sekaligus pelat dapat melewati rol
pembentuk. Sistem Pengerolan ada beberapa macam tipe: Tipe susunan rol , tipe jepit,
tipe piramide, tipe kombinasi piramide dengan jepit.
Pembentukan rol adalah metode lain
untuk menghasilkan bentuk-bentuk lengkung yang panjang. Proses pengerolan ini
juga digunakan untuk menghasilkan silinder-silinder berdinding tipis ataupun
silinder berdinding tebal dari lembaran datar.
Berbagai
metode telah digunakan untuk melengkungkan atau membentuk silinder dari
pelat lurus. Bagian-bagian yang berbentuk silinder dan
kerucut di buat dengan memakai pengerol lengkung. Pelengkung tiga rol tidak
menjamin terhindarnya penekukan pada lembaran yang tipis. Seringkali
ditambahkan rol ke empat pada bagian keluaran untuk memberikan pengaturan
tambahan terhadap kelengkungan. Pada pembebanan 3 titik, momen lengkung maksimal
terletak ditengah-tengah panjang bentangan. Hal ini dapat menimbulkan regangan
lokal, sehingga batas pembentukan terjadi di tengah-tengah, sebelum bahan
dilengkungkan sebagaimana mestinya.
Gambar bentangan rol dapat dihitung
berdasarkan diameter dan
tebal pleat.
Untuk menghitung panjang bentangan silinder ini dapadigunakan persamaan
matematis yang dengan menghitung kelilinglingkaran dari silinder yang terbentuk.
Diameter yang dihitung berdasarkan Diameter bagian dalam atau inside diameter
ditambah tebal pelat. Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalammenghitung
panjang bentangan pelat ini dapat ditambahkan metoda penyambungan silinder yang
akan digunakan. Bentangan untuk silinder
(L) = π
x (D +
t.pelat) + Metoda Sambungan.
Keuntungan proses
pengerollan:
• Menghasilkan radius pembentukkan yang
menyeluruh
• Proses kerja
pengerolan sederhana sehingga biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah.
• Dapat mengerol berbagai bentuk silinder kecil
maupun yang besar.
• Tenaga pengerolan lebih ringan karena dapat
dilakukan secara berulang-ulang
• Mampu mengerol kerucut secara bertahap
• Hasil pengerolan
merata diseluruh lembaran pelat dan kondisi pelat yang terbentuk tanpa cacat.
2.6 Pemotongan Plat
Pada proses pemotongan plat, alat yang digunakan untuk
memotong plat adalah mesin gullotine. Mesin gullotine terdiri diri 2 (dua)
jenis yakni mesin gullotine manual dan mesin gullotine hidrolik. Disini alat
yang digunakan untuk praktek pada praktikum proses produksi adalah mesin
guillotine manual. Mesin gullotine manual pemotongan pelat dilakukan dengan
tuas penekan yang digerakkan oleh kaki si pekerja. pelat yang dapat dipotong di
bawah 0,6 mm.
Gambar
mesin pemotong plat
Prinsip kerja mesin gullotine ini
menggunakan gaya geser untuk proses pemotongan Pelat yang dipotong
diletakkan pada landasan pisau tetap
dan pisau atas ditekan sampai memotong pelat. Untuk mengurai
besarnya gaya geser sewaktu tejadinya proses pemotongan posisi mata pisau
atas dimiringkan, sehingga
luas penampang pelat
yang yang dipotong mengecil .
Hasil pemotongan dari mesin gullotine ini dipengeruhi oleh kemiringan dan
kelonggaran (suaian) antara kedua posisi pisau. Untuk mendapatkan hasil
pemotongan yang baik tehadap pelat yang
dipotang sesuai antara ke 2 mata pisau harus jenis pelat yang dipotong. Sesuai
mata pisau yang diizinkan menurut pengujian Feeler Gouges untuk baja dan brass
dapat dilihat pada tabel berikut:
Hasil pemotongan pelat yang baik dan
sesuai menurut kelonggarannya (suaian) yang diizinkan dapat dilihat pada gambar
berikut. Hasil pemotongan ini menurut pengujian feeler gauges.
2.7 Las Titik (spot welding)
Proses pengelasan dengan las resistansi titik ini
hasilnya pengelasan membentuk seperti titik. Skema pengelasan ini dilihat pada
gambar 7.29. elektroda penekan terbuat batang tembaga yang dialiri arus listrik
yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat
dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan plat yang akan
disambung. Agar pelatyang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu proses
terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin. Air
pendingin ini dialirkan melalui selang-selang air secara terus menerus
mendinginkan batang elektroda.
Tipe dari las resistansi titik ini bervariasi, salah satu tipenya dapat
dilihat pada gambar 7.30. pada las resistansi ini elektroda penekan sebelah
atas digerakkan oleh tuas bawah. Tuas ini digerakkan oleh kaki dengan jalan
menginjak / memberi tekanan sampai elektroda bagian atas menekan pelat yang
ditumpu oleh elektroda bawah.
Tipe kedua dari las resistansi titk ini adalah penggerak elektroda tekan
atas dilakukan dengan tangan. Tipe las resistansi ini dapat dengan mudah
dipindah–pindahkan sesuai dengan penggunaannya.
Untuk mengelas bagian-bagian sebelah dalam dari sebuah kostruksi sambungan
pelat – pelat tipis ini, batang penyangga elektroda dapat diperpanjang dengan
menyetel batang penyangga ini.
2.8Menggergaji
Daun gergaji tangan (Gambar 89) merupakan alat pemotong
dan pembuat alur yang sederhana, bagian sisinya terdapat gigi-gigi pemotong
yang dikeraskan. Bahan daun gergaji pada umumnya terbuat dari baja perkakas (tool
steel), baja kecepatan tinggi (HSS high speed steel) dan baja
tungsten (tungsten steel).
Gambar 2.39 Arah
pemotongan gigi gergaji
Berikut langkah
– langkah persiapan menggergaji :
-
Sebelum melakukan penggergajian,
terlebih dahulu dilakukan penyetelan pada daun gergaji, daun gergaji harus
ditegangkan pada bingkainya dengan gigi gergaji menghadap kedepan atau kearah
pemotongan dan harus kuat menahan tekanan akibat penggergajian, apabila tidak
maka pemotongan akan menyimpang.
-
Tandai permukaan benda kerja dengan
garis sebelum dilakukan penggergajian, supaya mudah pengontrolan arah
penggergajian.
Sedangkan posisi tubuh dan gerakan menggergaji yaitu pegang
bingkai gergaji dengan kuat/mantap, posisi tubuh sama dengan seperti pada waktu
mengikir, gerakan maju pada proses menggergaji harus mantap dan waktu bergerak
ke belakang harus dinaikkan sedikit supaya daun gergaji tidak tumpul. Kecepatan
gerakan proses menggergaji adalah :
-
50 – 60 langkah tiap menit, untuk baja.
-
70 – 90 langkah tiap menit untuk bahan
yang lebih lunak.
Sebaiknya dalam proses menggergaji menggunakan
media/bahan pendingin yang sesuai agar daun gergaji tidak cepat tumpul dan aus.
Gambar 2.40 Proses
menggergaji
Berikut ini
teknik/langkah menggergaji :
-
Sebelum pemotongan dimulai buat alur
pada benda kerja dengan kikir segitiga/penggores yang akan digergaji. Letakkan
gergaji pada alur tersebut dan miringkan kedepan kira – kira 100.
Tekanan yang tidak cukup kuat pada permukaan pemotongan akan menyebabkan gigi
gergaji menggesek benda kerja dan menjadi tumpul. Jadi harus ditekan dengan
kuat dan ayunkan gergaji pelan – pelan.
Gambar 2.41 Awal
menggergaji dan sudut penggergajian
-
Menggergaji sudut benda kerja yang
tajam diatas 100 akan menyebabkan gigi – gigi gergaji patah.
-
Benda kerja yang tipis harus dipotong
dengan posisi mendatar atau gergaji tidak dimiringkan.
-
Paling sedikit 2 atau 3 gigi gergaji
yang menempel pada permukaan benda kerja yang digergaji.
-
Mulailah dari sisi
depan dengan posisi gergaji menukik dengan kemiringan sedang (lihat gambar 2.40
dan 2.41).
-
Tekanan diberikan saat
gergaji didorong kedepan dan tekanan dikurangi pada saat gergaji ditarik mundur.
2.9 Ragum
Ragum (Gambar 2.1) adalah alat untuk menjepit benda kerja untuk membuka
rahang ragum dilakukan dengan cara memutar tangkai/tuas pemutar ke arah kiri
(berlawanan arah jarum jam) sehingga batang berulir akan menarik landasan tidak
tetap pada rahang tersebut, demikian pula sebaliknya untuk pekerjaan pengikatan
benda kerja tangkai pemutar diputar ke arah kanan (searah jarum jam).
Gambar 2.1 Bagian –
bagian Ragum
Rahang penjepit
diberi landasan terbuat dari besi tuang yang permukaannya pada umumnya diberi
parutan bersilang agar penjepitan lebih kuat dan tidak licin, sehingga apabila
menjepit benda kerja yang halus dan dikawatirkan akan rusak permukaannya maka
disarankan untuk memberi lapisan pelindung berupa plat yang dapat menjaga
permukaan benda kerja tersebut. Namun ada juga jenis ragum kerja bangku yang
rahang penjepitnya dibuat rata dan halus (digerinda), dimana jenis ragum ini
digunakan untuk menjepit benda kerja yang sudah memiliki permukaaan rata.
Gambar 2.2 Pencekaman benda
kerja
1. Jenis penjepit depan tidak dapat digerakkan
Dalam pekerjaan
mesin dan pertukangan, ragum yang sering digunakan adalah ragum sejajar. Rahang
yang bergerak digerakkan oleh poros berulir dan bergerak ke belakang.
Gambar 2.3 Ragum
Jenis penjepit depan tidak dapat digerakkan
2. Jenis penjepit belakang tidak dapat digerakkan
Jenis ini dirancang
untuk menjepit benda kerja yang panjang atau besar pada posisi tegak. Apabila
rahang digerakan ke depan/ digunakan benda kerja akan menjulur ke bawah bebas
dimuka bangku kerja.
Gambar 2.4 Ragum
Jenis penjepit belakang tidak dapat
digerakkan
Ketinggian ragum
harus diatur sesuai dengan kebutuhan pengerjaan. Untuk pengerjaan kasar, di
mana tenaga pengerjaan diperlukan lebih besar, tinggi ragum diatur lebih
rendah. Untuk pengerjaan presisi, ragum diatur lebih tinggi dan untuk
pengerjaan yang umum, tinggi ragum diatur setinggi siku pada lengan (Gambar
2.5.c).
1. Ketinggian ragum untuk seorang mekanik atau pekerja
mesin.
Gambar 2.5 a. Jarak ketinggian ragum pekerja mesin.
2. Ketinggian ragum untuk pembuatan perkakas.
Gambar 2.5 b. Jarak ketinggian ragum pekerjaan perkakas.
3. Ketinggian ragum untuk pekerjaan perkakas sangat teliti.
Gambar 2.5 c. Jarak ketinggian ragum pekerjaan perkakas
teliti.
2.10 Kikir
Kikir (Gambar 2.6)
adalah suatu alat untuk mengikir benda kerja agar diperoleh permukaan yang rata
dan halus yang dilakukan dengan tangan. Kikir terbuat dari baja karbon tinggi
yang ditempa yang disesuaikan dengan ukuran panjang, bentuk, jenis dan gigi
pemotongnya.
Gambar 2.6
Geometri kikir.
Spesifikasi kikir meliputi jenis gigi,
kekasaran gigi, penampang dan panjang.
- Klasifikasi kikir berdasarkan bentuk penampangnya.
Gambar 2.7 Bentuk
penampang kikir.
- Klasifikasi kikir berdasarkan jenis gigi
Pengelompokan kikir
berdasarkan jenis gigi (Gambar 2.8) terbagi dalam dua jenis yaitu single cut
dan double cut di mana jenis single cut umumnya digunakan
untuk pekerjaan finishing dan double cut digunakan untuk
pekerjaan awal.
Gambar
2.8. Kikir single cut dan kikir double cut
- Klasifikasi kikir berdasarkan kode kekasaran gigi
Untuk dapat
menghasilkan pengikiran yang maksimal, pemilihan kikir harus sesuai dengan
jenis pekerjaan dan hasil pengikiran yang dikehendaki. Tabel 1 memperlihatkan
Pengelompokan kikir berdasarkan kode kekasaran gigi dan penggunaannya.
Tabel 1.
Pengelompokan kikir berdasarkan kode kekasaran gigi dan Penggunaannya
- Klasifikasi kikir berdasarkan penampang dan kegunaan.
Pemilihan penampang
kikir hendaknya disesuaikan dengan profil (bentuk) dari penampang benda kerja
yang akan dibuat, sehingga mudah mendapatkan bentuk yang diinginkan. Tabel 2
memperlihatkan pengelompokan kikir berdasarkan penampang dan penggunaannya.
Tabel 2. Pengelompokan kikir berdasarkan penampang dan
Penggunaannya.
5. Klasifikasi kikir berdasarkan ukuran panjang
Ukuran kikir yang
banyak digunakan di indusri dan lembaga pendidikan berkisar antara panjang 4
inchi sampai dengan 12 inchi. Penggunaan kikir berdasarkan ukuran panjang
disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan, dalam hal ini tentunya pekerjaan yang besar
perlu menggunakan kikir yang panjang.
2.11 Mesin bor tangan (pistol)
Mesin bor
tangan adalah mesin bor yang pengoperasiannya dengan menggunakan tangan dan
bentuknya mirip pistol. Mesin bor tangan biasanya digunakan untuk melubangi
kayu, tembok maupun pelat logam. Khusus Mesin bor ini selain digunakan untuk
membuat lubang juga bisa digunakan untuk mengencangkan baut maupun melepas baut
karena dilengkapi 2 putaran yaitu kanan dan kiri. Mesin bor ini tersedia dalam
berbagai ukuran, bentuk, kapasitas dan juga fungsinya masing-masing.
Bagian –
Bagian Utama Mesin bor :
1.Base (Dudukan )
Base ini merupakan penopang dari
semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai,
biasanya dibaut. Pemasangannya harus kuat karena akan mempengaruhi keakuratan
pengeboran akibat dari getaran yang terjadi.
2.Column (Tiang)
Bagian dari mesin bor yang
digunakan untuk menyangga bagian-bagian yang digunakan untuk proses pengeboran.
Kolom berbentuk silinder yang mempunyai alur atau rel untuk jalur gerak vertikal
dari meja kerja.
3.Table (Meja)
Bagian yang digunakan untuk
meletakkan benda kerja yang akan di bor. Meja kerja dapat disesuaikan secara
vertikal untuk mengakomodasi ketinggian pekerjaan yang berbeda atau bisa
berputar ke kiri dan ke kanan dengan sumbu poros pada ujung yang melekat pada
tiang (column). Untuk meja yang berbentuk lingkaran bisa diputar 3600 dengan
poros ditengah-tengah meja. Kesemuanya itu dilengkapi pengunci (table clamp)
untuk menjaga agar posisi meja sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk menjepit
benda kerja agar diam menggunakan ragum yang diletakkan di atas meja.
4.Drill (Mata Bor)
Adalah suatu alat pembuat lubang
atau alur yang efisien. Mata bor yang paling sering digunakan adalah bor
spiral, karena daya hantarnya yang baik, penyaluran serpih (geram) yang baik
karena alur-alurnya yang berbentuk sekrup, sudut-sudut sayat yang menguntungkan
dan bidang potong dapat diasah tanpa mengubah diameter bor. Bidang–bidang
potong bor spiral tidak radial tetapi digeser sehingga membentuk garis-garis
singgung pada lingkaran kecil yang merupakan hati bor.
5.Spindle
Bagian
yang menggerakkan chuck atau pencekam, yang memegang mencekam mata bor.
6.Spindle head
Merupakan rumah dari konstruksi
spindle yang digerakkan oleh motor dengan sambungan berupa belt dan diatur oleh
drill feed handle untuk proses pemakananya.
7.Drill Feed Handle
Handel untuk menurunkan atau
menekankan spindle dan mata bor ke benda kerja ( memakankan)
8.Kelistrikan
Penggerak utama dari mesin bor
adalah motor listrik, untuk kelengkapanya mulai dari kabel power dan kabel
penghubung , fuse / sekring, lampu indicator, saklar on / off dan saklar
pengatur kecepatan.
2.12 Mistar baja
Mistar baja ini berfungsi untuk mengukur benda kerja yang berukuran pendek,
selain itu juga dapat dipakai untuk membimbing penggoresan dalam melukis
batangan pada pelat yang digunakan, ukuran panjang dari mistar baja ini
bermacam-macam, ada yang berukuran 30 cm, 60 cm, dan 100 cm.
2.13Mistar siku
Alat ini digunakan untuk menyiku ketelitian dari benda kerja, ukuran panjangnya
30 cm terbuat dari bahan baja.
2.14Alat Pemotong Manual
Mesin ini digunakan untuk memotong pelat dengan ketebalan maksimal 3 mm dan
panjang maksimal 1,5 meter.